Mengenal Nama-nama Unik Nasi Bungkus Khas Daerah yang Murah Tapi Enaknya Awet di Lidah

Penulispro.com - Nasi bungkus khas daerah yang ada di setiap daerah di Nusantara pasti pernah Anda dengar, meskipun hanya beberapa daerah saja yang bisa Anda ketahui, dan mungkin itu pun yang hanya berada di sekitar wilayah tempat tinggal Anda saja.

Nasi bungkus khas daerah juga biasanya didominasi oleh cita rasa lokal daerah di mana nasi bungkus tersebut dapat ditemukan.

Ciri lain dari nasi bungkus khas daerah adalah sering dijual dengan harga yang cukup murah atau ekonomis, misalnya cukup lima ribu rupiah saja maka Anda akan mendapatkan nasi dengan lauk pauk komplit untuk sekali makan.

Baca Juga: Dua Wakil Indonesia di Quarterfinals Singapore Open 2023, Siapa Saja?

Nasi Bungkus Daerah

Meskipun nasi bungkus khas daerah bukan termasuk kekayaan kuliner daerah, tetapi tetap saja menikmati kekhasan nasi-nasi bungkus di tiap daerah yang berbeda-beda tersebut merupakan pengalaman yang sangat berkesan.

Indonesia merupakan wilayah negara yang mayoritas warganya terbiasa makan nasi sebagai makanan pokoknya, terutama pada pagi hari saat sarapan ataupun pada siang harinya.

Untuk itu ‘nasi’ selalu menjadi makanan favorit pembuka hari, baik itu dimasak sendiri atau berburu di luar membeli dari para pedagang makanan matang.

Umumnya nasi yang dimakan untuk sarapan adalah nasi kuning, nasi goreng, nasi uduk dan kadangkala adalah nasi bungkus dengan berbagai lauk yang sudah dikemas menjadi satu dalam sebuah bungkusan.

Nasi bungkus inilah yang memiliki ciri yang berbeda-beda dari setiap daerah, yang menimbulkan nuansa dan sensasi yang berbeda juga.

Berbagai Nama Nasi Bungkus Khas Daerah

Nasi bungkus khas daerah di wilayah yang berbeda di Nusantara juga memiliki nama-nama yang berbeda dan tentunya unik.

Berikut adalah beberapa nama nasi bungkus khas daerah yang diketahui, dihimpun dari berbagai informasi sebagai berikut:

1. Nasi Kucing

Sebutan ‘nasi kucing’ adalah khusus untuk nasi bungkus di daerah Jawa, yakni di daerah Semarang, Surakarta dan Yogyakarta, yang sering juga disebut sebagai ‘sego khucing’.