Penulispro.com - Peristiwa Fathu Mekkah pada Ramadan tahun ke-8 Hijriyah (630 Masehi) menyimpan sejumlah kejadian menarik. Salah satunya ketika Rasulullah saw memerintahkan sahabatnya untuk mengumandangkan azan pertama kali di atas Ka’bah saat waktu Zuhur tiba.
Inilah kumandang azan pertama kali di bumi Mekkah. Inilah kumandang azan yang menandai kemenangan tauhid atas kemusyrikan dan kekafiran.
Inilah seruan atau azan pertama kali untuk mengagungkan Allah Ta’ala dan mencampakkan semua sesembahan selain Allah.
Maka, kita dapat membayangkan bagaimana campur aduknya perasaan kaum muslim ketika itu, manakala satu demi satu lafaz azan terucapkan dari lisan sang muazin.
Yang menarik, Rasulullah saw memilih Bilal bin Rabah untuk menunaikan tugas mulia dan bersejarah ini.
Padahal, selain Bilal, ada banyak sahabat yang memiliki suara yang tak kalah lantang dan merdu. Bahkan, mereka berasal dari kalangan terhormat (bangsawan), baik dari Muhajirin ataupun Anshar.
Bilal Mengumandangkan Azan
Sesungguhnya, ukuran kemuliaan di sisi Allah adalah ketakwaan (QS. Al-Hujurat [49]: 13).
Siapa pun dia, apa pun warna kulitnya, dari mana asal nasabnya, bagaimana pun status sosialnya, selama dia bertakwa dan berjihad di jalan Allah, dialah yang paling mulia.
Rasulullah pun sangat paham kapasitas seorang Bilal dan bagaimana kecintaannya kepada Allah dan rasul-Nya.
Sehingga, beliau memberi kemuliaan dengan menunjuknya sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan di atas Baitullah.
Ketika suara Bilal memecah langit Mekkah, fanatisme jahiliyah sebagian orang Mekkah pun muncul.
Sebagian dari mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa Bilal, sosok berkulit hitam yang berasal dari kalangan budak Habsyi, bisa naik ke atas Ka’bah (bangunan yang paling disucikan) dan mengumandangkan azan.
Lantunan suara azan telah mengusik jiwa jahiliyah yang masih tersisa dalam diri mereka.
Sehingga, Shafwan bin Umayyah dan Khalid bin Usaid berkata, “Syukurlah bahwa moyang kita meninggal tanpa mendengar suara budak Habsyi (Ethiopia) ini.”
Artikel Terkait
Benarkah Panggilan Sayang Rasulullah ke Aisyah Bukanlah Humaira? Yuk, Kita Cek Faktanya!
Kisah Sahabat Rasulullah saw: Salamah bin Amr bin Al Akwa, Sang Prajurit Muda Pemberani
Kisah Sahabat Rasulullah SAW: Abu Dzar al-Ghifari, Perampok yang Insaf dan Penyayang Kaum Dhuafa
Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah: Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq Tidak Langsung Menerima Lamaran Rasulullah
21 Keutamaan Membaca Istighfar, Zikir Rutin yang Dilakukan oleh Rasulullah