Penulispro.com - Budaya tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadhan, bagaimana asal-usulnya? Sebagai muslim sebaiknya mengetahui sejarah awal tradisi baik ini.
Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadhan sebenarnya tidak serta-merta ada. Dan bentuk kegiatannya pun tidak seperti saat ini. Yakni membaca Al Qur'an secara bergiliran, terutama selesai Shalat Tarawih.
Budaya tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadhan memiliki sejarah panjang. Karena para ulama menganggap kegiatan ini baik maka tetap dilestarikan hingga saat ini.
Berawal dari Shuffah
Diungkapkan tokoh muslim yang juga pernah menjabat menteri, Muhadjir Effendy, bahwa tradisi tadarus berasal dari tradisi ‘shuffah’.
Tradisi ‘shuffah’ menjadi titik awal budaya tadarus yang berkembang di seluruh dunia. Demikian catatan Muhadjir Effendy dalam manuskrip ceramah menyongsong Ramadhan.
Shuffah berarti pinggiran Masjid Nabawi. Di tempat itulah setiap Bulan Ramadhan Nabi Muhammad SAW bersama seluruh sahabat berkumpul untuk saling mencocokkan ayat-ayat Al Qur’an.
Ayat-ayat Al Qur'an turun pertama kali tanggal 17 Ramadhan di Gua Hira, tahun 610 Masehi. Sejak itulah selama 22 tahun Nabi Muhammad SAW menerima terus wahyu berupa ayat-ayat Al Qur'an.
Dikatakan Muhadjir, selama itu setiap Bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat terus berkumpul di ‘shuffah’ atau pinggiran Masjid Nabawi. Tujuannya saling mencocokkan ayat-ayat Al Qur’an.
Tradisi tersebut terus berlangsung kecuali di tahun terakhir sebelum Nabi Muhammad SAW wafat, Senin 8 Juni 632 Masehi.
Tadarus Berasal dari Kata ‘Darasa’
Dalam Jurnal Adabiyah, Volume 2/Tahun 2021 dijelaskan kata tadarus asal mulanya terambil dari penggalan hadis yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam Shahih Muslim.
Berasal dari kata ‘darasa’ berarti belajar yang dalam Bahasa Arab merupakan kata benda abstrak dan dibendakan setelah mendapat tambahan ’ta’dan imbuhan ‘alif di tengah kata. Kemudian mengalami penyempitan makna sehingga bermakna memmbaca yang obyeknya Al Qur’an.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) serapan kata ‘daras’ menjadi ‘mendaras’ yang berarti membaca dengan lantang atau keras.
Kegiatan Nabi Muhammad SAW dan sahabat berkumpul di ‘shuffah’ merupakan tradisi yang terus dilakukan. Bahkan setelah Nabi Muhammad wafat, kegiatan berkumpul dan mencocokkan (membaca) Al Qur’an di Bulan Ramadhan ini terus dilakukan.
Artikel Terkait
Manfaat Sedekah Menurut Al-Quran, Bukan Hanya di Dunia Tapi juga di Akhirat!
Perlu Diketahui Zikir Harian dan Artinya, Diambil dari Ayat-ayat Al-Quran Pilihan
Mengupas Keutamaan Al-Quran dan Membacanya, Belajar dari Kisah Memilukan Ini
Kisah Nabi Musa Membelah Laut, Mukjizat yang Diabadikan dalam Quran
Rahasia Doa Nabi Ibrahim dalam Al-Quran, Doa yang Segera Dikabulkan Allah