Shalat Tarawih di Masa Khalifah Umar bin Khattab

- Senin, 20 Maret 2023 | 22:00 WIB
Tradisi Shalat Tarawih Berjamaah Dimulai pada Masa Khalifah Umar bin Khattab (unsplash.com Fotografer: Masjid Pogung Raya)
Tradisi Shalat Tarawih Berjamaah Dimulai pada Masa Khalifah Umar bin Khattab (unsplash.com Fotografer: Masjid Pogung Raya)

Penulispro.com - Shalat tarawih adalah ibadah khas di bulan Ramadhan. Shalat sunnah muakkad ini dilaksanakan setelah shalat Isya.

Pada masa Rasulullah, shalat tarawih disebut Qiyam Ramadhan. Pasca Rasulullah wafat dan kepemimpinan kaum muslimin berpindah pada Khalifah Abu Bakar, umat Islam masih menyebut shalat tarawih dengan istilah Qiyam Ramadhan.

Dalam buku Sejarah Tarawih karya Ahmad Zarkasih, Lc., Qiyam Ramadhan berarti penghidupan atas malam Ramadhan. Yakni ibadah yang dilakukan untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan.

Pada masa Rasulullah, beliau sering melakukan Qiyam Ramadhan ini di rumah. Baru ketika Rasulullah melakukannya di masjid, Qiyam Ramadhan dilakukan secara berjamaah.

Kondisi tersebut berlangsung hingga masa Khalifah Abu Bakar. Setelah kepemimpinan umat Islam beralih kepada Khalifah Umar bin Khattab terjadilah perubahan penyelenggaraan Qiyam Ramadhan berdasarkan hasil ijtihadnya.

Dalam Kitab Qiyam Ramadhan karya Imam Al-Marwazi disebutkan bahwa Ubay bin Ka’ab diperintah oleh Khalifah Umar bin Khattab untuk mengimami Qiyam Ramadhan.

Di setiap rakaat, Ubay bin Ka’ab membaca lima hingga enam ayat. Kemudian di setiap dua rakaat mereka istirahat.

Inilah kemungkinan Qiyam Ramadhan kemudian disebut shalat tarawih. Karena imam memberikan banyak tarwiih (kesempatan istirahat untuk makmum) setiap selesai dua rakaat setelah salam.

Tarawih sendiri adalah bentuk jamak dari tarwiih. Penggunaan istilah shalat tarawih baru ditemukan pada abad ke-5 Hijriah. Salah satunya pada kitab As-Sunan Al-Kubra karya Imam Baihaqi.

Terkait berapa jumlah rakaat Qiyam Ramadhan, para ulama masih berselisih pendapat. Sebab Rasulullah sendiri mengerjakan dengan jumlah rakaat yang bervariasi.

Rasulullah tidak pernah menentukan sekaligus membatasi jumlah rakaat yang harus dikerjakan oleh para sahabat. Aisyah meriwayatkan Rasulullah pernah mengerjakan Qiyam Ramadhan sebanyak 13 rakaat dan suatu saat 11 rakaat.

Namun Aisyah juga meriwayatkan, Rasulullah pernah mengerjakan 9 rakaat dan kadang 7 rakaat saja.

Rasulullah juga pernah mengerjakan setiap dua rakaat satu kali salam. Namun di saat yang berbeda beliau mengerjakan setiap empat rakaat satu kali salam.

Kemudian pada masa Khalifah Umar, beliau merasa risih melihat pelaksanaan Qiyam Ramadhan yang berpencar dan terpisah-pisah. Akhirnya beliau mengambil kebijakan berdasarkan ijtihadnya, shalat tarawih dikerjakan berjamaah.

Mengenai jumlah rakaat shalat tarawih berjamaah, Khalifah Umar pernah mengambil kebijakan shalat tarawih dikerjakan 8 rakaat dengan bacaan panjang. Pernah pula Khalifah Umar mengubah menjadi 13 rakaat dengan bacaan lebih pendek.

Halaman:

Editor: Frida Firdiani

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X