Kota Terdingin di Indonesia Bukan Puncak atau Malang, Tapi di...

- Sabtu, 14 Januari 2023 | 11:10 WIB
 (Tangkapan layar Youtube @ceritasaya7473)
(Tangkapan layar Youtube @ceritasaya7473)

Penulispro.com - Banyak yang beranggapan jika daerah Puncak di Bogor atau Malang adalah kota terdingin di Indonesia, kamu salah. Karena ada yang lebih dingin dari Puncak dan Malang. Udara dingin di kota ini melebihi kedua daerah tersebut. Mau tahu nama kotanya?

Nama kotanya adalah Mulia. Mungkin ada yang kembali menebak jika kota terdingin di Indonesia itu ada di Pulau Jawa atau Sumatra. Tebakan karena dari namanya yang lazim dipakai di kedua pulau tersebut. Nah, kamu salah lagi. Karena Kota Mulia tidak ada di Pulau Jawa atau Sumatra, tapi di penghujung timur Indonesia.

Ya, Mulia adalah kota yang terletak di daerah Puncak Jaya Wijaya (4.884 mdpl), gunung tertinggi di Indonesia yang berada di Papua. Didapuk sebagai kota terdingin di Indonesia karena Mulia berada di ketinggian 2.448 m di atas permukaan laut (mdpl). Bandingkan dengan daerah Puncak yang berada di ketinggian 700-1.800 mdpl. Atau Malang yang ketinggiannya hanya 440-667 mdpl.

Begitu pula dengan hawa dingin yang menyelimuti Kota Mulia. Jauh lebih dingin dibandingkan dengan Puncak dan Malang. Di Puncak, suhu udaranya rata-rata mencapai 14-20 derajat Celcius. Sedangkan di Bogor, 22-25 derajat Celcius. Ada pun di Mulia, siang hari suhunya berkisar 15 derajat Celcius. Malam harinya, suhu menjadi lebih dingin yakni mencapai 9 derajat Celcius.

Baca Juga: Raja Ampat, Surga Wisata Tersembunyi yang Dimiliki Indonesia

Dinginnya udara semakin lengkap dengan curah hujan yang tinggi, terjadi hampir sepanjang tahun. Bisa dibayangkan bagaimana dinginnya udara di bawah 15 derajat Celcius dan ditemani rinai hujan yang selalu turun di kota ini.

Rumah Honai

Selain udaranya yang super adem, bagi kamu yang punya ketertarikan dengan antropologi suatu daerah, berkunjung ke kota ini akan menambah nilai plusnya. Karena di Mulia, masih ditemukan rumah khas Suku Dani, yakni rumah Honai.

Rumah berukuran mungil dan berbahan ramah lingkungan ini tetap dipertahankan oleh sebagian masyarakat setempat. Bukan hanya karena nilai budayanya yang tinggi, tapi juga amat cocok dibangun di Mulia dengan iklimnya yang sangat dingin.

Tidak seperti rumah pada umumnya, rumah Honai berbentuk dasar lingkaran dengan atap kerucut seperti tumbuhan jamur. Ada pun bahan dasar rumahnya dari kayu, jerami atau ilalang. Rumah Honai dibangun tanpa jendela. Satu-satunya pintu adalah pintu depan, tempat akses keluar masuk.

(Tangkapan layar Youtube @SaunineMedia)

Walau terhitung mungil karena tinggi rumah tidak lebih dari 2,5 meter, namun rumah Honai memiliki dua lantai dengan fungsi berbeda. Rumah ini pun mampu menampung lima hingga sepuluh orang.

Menilik dari bentuk, komposisi bahan dan arsitektur rumah, pantaslah jika masyarakat di Mulia masih ada yang lebih memilih rumah Honai sebagai tempat tinggal. Karena rumah ini ampuh mengusir hawa dingin yang menggigit tulang. Sedangkan rumah modern berbahan dan berdinding semen, lebih banyak digunakan untuk fasilitas publik seperti sekolah, kantor aparat desa, puskesmas, dan kantor layanan sosial lainnya.

Baca Juga: Tempat Wisata Indonesia yang Asri Belum Terjamah

Halaman:

Editor: M. Isa Jatinegara

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X