Penulispro.com - Berhenti bekerja tentunya bukan hal yang diinginkan apalagi jika pekerjaan tersebut sudah mapan. Tapi bagaimana jika anak kita sendiri yang meminta kita berhenti bekerja?
Hal itu yang terjadi pada Mohamed El-Erian. Ia bekerja pada bidang investasi sebesar 2 triliun, pekerjaan yang tentunya sudah memenuhi kebutuhan hidupnya.
Lalu datang saat yang sama sekali tidak ia sangka. Saat itu ia menyuruh anaknya menggosok gigi.
Anaknya bukannya menuruti tapi malah datang ke kamarnya dan mengatakan bahwa ia ingin Mohamed berhenti dari pekerjaannya.
“Sekitar setahun yang lalu, aku menyuruh anakku beberapa kali untuk melakukan sesuatu. Dia malah datang kepadaku dengan sebuah kertas.
Kertas tersebut berisi daftar acara penting dan aktivitas yang aku lewatkan karena pekerjaanku. Ada sekitar 19 acaranya yang aku lewatkan. Aku merasa buruk.
Semua itu karena ritme pekerjaanku yang sibuk sehingga hubunganku dengan anak perempuanku tidak begitu baik.
Aku tidak punya waktu yang cukup untuknya.”
Hal yang menarik dari cerita Mohamed adalah dia seorang ayah.
Mungkin jika ia seorang ibu maka akan terlihat lebih mudah, karena ibu tidak memiliki kewajiban penuh dalam hal nafkah.
Namun, saat ini perempuan juga dapat membangun karir sampai tingkat tertinggi.
Perempuan juga banyak yang mencintai pekerjaannya. Mereka sibuk dengan pekerjaannya sehingga pekerjaan rumah dan merawat anak diserahkan pada orang lain.
Hal itu yang terjadi pada sebagian besar wanita pekerja.
Mereka menitipkan anak-anaknya di tempat penitipan anak. Bekerja dilakukan sebenarnya untuk anak mereka sendiri juga, tapi belum tentu itu yang dibutuhkan oleh anak.
Beberapa orang, terutama perempuan yang menghadapi masalah seperti itu akhirnya memilih berhenti bekerja.
