Perburuan lumba-lumba di Jepang yang konon merupakan bagian dari tradisi kuno yang sulit untuk dihentikan, meski sudah bertahun-tahun para aktivis lingkungan mengkritik keras agenda perburuan tersebut.
Salah satu film dokumenter yang menguak perburuan lumba-lumba di Jepang berjudul The Cave. Film tersebut bahkan memperlihatkan perdagangan lumba-lumba semakin besar dengan pusatnya di Taiji, Jepang.
Baca Juga: Ternyata Menyelaraskan Otak Kanan dan Otak Kiri Bisa Mendatangkan Rezeki, Yuk Cari Jawabannya!
Kota Taiji berada di Distrik Higashimuro, Wakayama, Jepang dan menghadap langsung ke Samudera Pasifik sehingga mendapat julukan sebagai Kota Paus.
Sejak abad ke-17, penduduk kota ini sudah berprofesi sebagai nelayan yang berburu paus dan lumba-lumba. Hewan malang tersebut diambil sirip dan dagingnya, kemudian dijual ke seluruh penjuru dunia.
Di Jepang ada sekitar 23 ribu lumba-lumba dibunuh setiap tahunnya. Harga sirip yang tinggi membuat kegiatan perburuan terus dilakukan, atas nama budaya dan tradisi leluhur. Demikian disampaikan oleh Richard O’Barry, aktivis perlindungan lumba-lumba sekaligus bintang film The Cove.
Ya, nampaknya memang sangat sulit menghentikan perburuan lumba-lumba di Jepang meskipun ada himbauan keras bagi setiap negara. Belum lama ini, nelayan asal Jepang di wilayah Taiji juga diketahui menangkap seekor lumba-lumba albino langka dan 11 ekor lumba-lumba lainnya.
Nelayan asal Jepang di wilayah Taiji, diketahui menangkap seekor lumba-lumba albino langka dan 11 ekor lumba-lumba lainnya. Perburuan ilegal itu sontak memicu protes keras dari aktivis konservasi lingkungan, Sea Shepherd yang kemudian berusaha untuk menghubungi dewan kota. Para aktivis melakukan protes dan kecaman keras atas aksi perburuan lumba-lumba yang berdalih sebagai sebuah tradisi kuno rakyat Jepang.
“Perburuan brutal lumba-lumba dilakukan atas nama keuntungan, bukan budaya! Lumba-lumba tersebut juga bukanlah milik Jepang, tetapi milik laut!” tegas Koordinator kampanye Sea Shepherd. Melissa Sehgal.
Menanggapi kencangnya kritik dunia atas tindakan Jepang berburu lumba-lumba, pada awal tahun 2014, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe sempat mengeluarkan pembelaan. Menurutnya, dunia harus bisa memahami bahwa tradisi kontroversial tersebut memang bagian dari budaya. Tak hanya itu, aktivitas perburuan lumba-lumba juga menggerakkan roda ekonomi komunitas nelayan Jepang.
Wah, sangat disayangkan ya kalau lumba-lumba terus diburu. Padahal menurut penelitian, tingkat kecerdasan lumba-lumba masuk dalam jajaran utama hewan paling cerdas di dunia, dan juga hewan paling bersahabat dengan manusia. Ada banyak kisah nyata tentang penyelamatan manusia oleh lumba-lumba. Perburuan sangat menyedihkan!