Apa itu nomophobia? Nomophobia merupakan singkatan dari No Mobile Phone Phobia. Nomophobia adalah rasa takut dan cemas berlebih apabila seseorang jauh dari ponsel atau gadgetnya. Mereka yang terkena nomophobia dikenal dengan Nomophobian.
Ketergantungan terhadap ponsel menjadikan ponsel atau smartphone sebagai dewa atau menjadi nafas bagi orang yang memilikinya. Mereka beranggapan ‘tak ada ponsel hidup ini hampa’. Padahal dahulu sebelum tercipta ponsel pintar, orang-orangnya tetap hidup bahkan panjang umur.
Biasanya si Nomophobian ini akan merasa sulit, cemas, dan takut jika berjauhan dengan ponselnya. Sebentar-sebentar cek ponsel, cek media sosial, dan sebagainya. Bahkan, ketika berbicara dengan teman atau orang tua sekalipun mereka tetap tak bisa meninggalkan ponselnya.
Walaupun sedang tidur orang yang terkena penyakit nomophobia akan terbangun hanya sekedar mengecek ponselnya. Yang lebih parah lagi saat ke kamar mandi pun ponsel harus selalu menemani dan tak lepas dari tangan. Kegelisahan dan rasa cemas akan menjadi-jadi jika mereka mendapati ponselnya hilang.
Apalagi saat ini banyak aplikasi yang diciptakan untuk mempermudah segala kegiatan hanya dengan mengaksesnya melalui ponsel. Seperti bayar listrik bisa melalui ponsel, transfer uang bisa melalui smartphone, hingga memesan ojek pun bisa melalui ponsel.
Selain itu, banyak game-game seru yang bisa kita akses melalui ponsel. Bagaimana tidak terkena penyakit nomophobia, jika semua hal bisa dilakukan melalui ponsel pintar.
Ditambah lagi sosial media yang semakin banyak jenisnya. Kehadiran media sosial memaksa semua yang memiliki ponsel pintar menunjukkan eksistensinya. Meskipun tidak mengunggah status atau foto, tapi orang yang memiliki media sosial pasti mengecek timeline media sosialnya setiap hari.
Beberapa ahli psikolog mengatakan kecanduan akan smartphone kini semakin meningkat dan sudah mulai mewabah hingga anak-anak. Bahkan, kini balita pun keranjingan dengan gadget pintar ini.
Para ahli psikolog tersebut melakukan sebuah penelitian tentang penyakit nomophobia ini. Menurut hasil penelitian sekitar 72% dari hampir 1.000 pelajar sudah memiliki ponsel atau smartphone sendiri. Kisaran umur mereka di antara 11-12 tahun.
Para pelajar tersebut biasanya menghabiskan waktu untuk bermain ponsel rata-rata 5-6 jam sehari. Dari hasil tersebut pun terungkap bahwa 25% anak-anak menunjukkan gejala penyakit nomophobia ini. Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mengindikasikan kalau anak-anak terkena nomophobia.
Salah satu faktornya adalah Food Porn atau memotret makanan sebelum memakannya. Setelah dipotret, foto tersebut diunggah di media sosial. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan menunjukkan eksistensi mereka di media sosial.
Jika penyakit nomophobia ini dibiarkan pada anak-anak, bisa saja anak-anak mengakses hal-hal negatif melalui ponselnya. Contohnya saja menonton video porno melalui ponsel. Maka dari itu, peran orangtua sangat besar dalam hal ini. Jangan sampai membiarkan anak-anaknya mengakses hal-hal negatif tersebut.
Dengan banyaknya orang yang terkena penyakit nomophobia pada akhirnya melahirkan kisah-kisah konyol yang berkaitan dengan ponsel. Contohnya, seorang turis asal Taiwan yang jatuh ke dermaga saat berjalan sambil melihat isi ponselnya. Kejadian ini terjadi beberapa bulan lalu.
Setelah itu muncul kembali berita tentang seorang perempuan dari Sinchuan, China yang terperosok ke dalam gorong-gorong karena berjalan sambil melihat smartphone. Peristiwa ini sempat membuat geger para netizen di seluruh dunia.
Ketergantungan pada smartphone membuat orang menjadi anti sosial. Mewabahnya penyakit nomophobia ini menjadi sorotan dan trending topic dunia. Karena, jika dilihat dari beberapa peristiwa penyakit ini sudah menyebar melewati batas dan semakin parah.